GRAFIK DAN
ANALISISNYA
A. Pengantar
Salah satu tujuan dari laporan
ilmiah adalah mengungkapkan informasi secara numerik yaitu data dan hasil
perhitungan dengan cara yang mudah dimengerti. Bersama-sama dengan bagian
laporan yang lain maka laporan dapat mengungkapkan isinya dengan sendirinya.
Idealnya orang yang tidak melakukan eksperimen jika membaca maka dapat
memahami.
Hukum fisika merupakan kaitan matematis
antar besaran yang diukur. Grafik merupakan bentuk visual dari pengungkapan
keterkaitan tersebut. Dengan kata lain
grafik merupakan ungkapan secara visual dari kaitan antara kedua variabel
tersebut pada kedua sumbu. Biasanya kaitan kedua variabel tersebut dibuat
fungsi.
Untuk menyatakan bagaimana data dikaitkan,
grafik biasanya berisi titik-titik data dan
kurva tercocok (fitted curve). Termasuk dalam pengertian kurva
adalah garis lurus. Dalam kenyataannya paling mudah dilakukan interpretasi jika
kurva berupa garis lurus.
Pada suatu nilai hasil
pengukuran atau perhitungan, jika ada nilai harapnya maka ralat penting
ditampilkan untuk menunjukkan seberapa baik data eksperimental sesuai dengan
nilai harap. Untuk set data yang dicocokkan dengan persamaan maka penting
mengetahui bagaimana data-data tersebut sesuai dengan fungsi. Hal ini dilakukan
menggunakan error bar (batang ralat)
yang akan dibahas nanti. Error bar membantu sesesorang untuk mengamati seberapa
bagus setiap data mengikuti kurva atau garis pada grafik. Jika parameter
persamaan seperti slope dan intersep diperoleh melalui data maka kedua parameter
memiliki ralat yang menyatakan jangkau nilai yang diperlukan untuk membuat
seluruh titik data sesuai dengan kurva.
Kegunaan grafik
a. Untuk menentukan besaran fisis
b. Visualisasi hasil eksperimen yang dapat
memberikan manfaat untuk:
·
Perbandingan
teori dan eksperimen
·
Melihat kontinuitas variabel
c.
Untuk menetapkan hubungan empiris antar variabel
B. Pembuatan grafik
1. Tabel data
Sering data yang diperoleh dalam eksperimen berbeda dengan yang akan diplot
di grafik. Misalnya yang diukur massa sedangkan yang diplot adalah berat. Dalam
hal ini data yang akan diplot sebaiknya tetap seperti pada tabel. Hal ini akan
lebih memudahkan bagi pembaca untuk membandingkan setiap titik data pada tabel
dengan titik data pada grafik. Tabel data mencakup ukuran error bar untuk setiap
titik data. Satuan pada tabel harus sama dengan satuan pada grafik.
Grafik harus diplot dari data yang dinyatakan
dalam tabel. Oleh karena itu aturan pentabelan adalah sebagai berikut:
- memiliki ukuran dan antar kolom dipisah supaya
lebih mudah membaca.
- Judul
harus mengandung arti yang mewakili terhadap eksperimen serta pada tiap
kolom diberi heading.
- Tidak
terpisahkan oleh pergantian halaman (kecuali jika tabel panjangnya lebih
dari 1 halaman, sebaiknya tetap diusahakan agar cukup 1 halaman).
- Diberi nomor
tabel yang sesuai (misal: ”Tabel 1”) untuk memudahkan merujuk pada
laporan, dan nama, (misal: ”gerak jatuh bebas bola besi”) yang bisa
memberikan penjelasan.
- Masukkan
informasi yang terkait dengan data yaitu satuan, ralat dll.
Tabel 3.1
Posisi bola terhadap waktu
i
|
![]()
(cm)
|
![]()
(cm)
|
![]()
(s)
|
![]()
(s)
|
1
|
2,0 ± 0,1
|
|||
2
|
||||
3
|
||||

- Bagian-bagian grafik
a.
Judul
Judul grafik dibuat sedemikian rupa sehingga agak memberikan penjelasan
mengenai kegiatan di lab. Judul seperti ”y vs x” mungkin benar,
namun tidak berarti jika diharapkan orang yang membaca paham akan grafik tersebut.
Lain halnya dengan ”Benda Jatuh Bebas” akan lebih membantu pembaca untuk
membayangkan kenyataannya.
b.
Label
sumbu
Seperti disebutkan di atas ”m”
dan ”l” tidak berarti jika dibandingkan dengan ungkapan
”penambahan massa (m) dalam
gram” dan ”panjang tali (l) dalam
cm”. Ungkapan tersebut cukup informatif. Simbol m dan l masih
digunakan untuk mempermudah mencari simbol tersebut dalam persamaan. Satuan
harus disertakan didalam label sumbu.
c.
Skala
sumbu
1) pilihlah skala sumbu sedemikian rupa
sehingga titik-titik data mampu tersebar pada luasan grafik yang diplot. Diusahakan
titik-titik data tidak mengumpul di satu tempat.
![]() |
![]() |
2) Untuk membagi sumbu pilihlah skala-skala pembagi
yang mudah (sederhana). Angka 0,3967 volt merupakan contoh pembagian skala yang
sulit. Akan lebih mudah jika dipilih 0,25; 0,5 volt atau mungkin 0,4 volt. Jika
data berupa bilangan bulat maka untuk menyatakannya jangan menggunakan notasi
sientifik.
3)
Jika
datanya dimulai dari x yang jauh dari titik (0,0) maka titik (0,0) tidak harus
ada dalam grafik. Contoh karakteristik arus-tegangan pada lampu LED.


Gambar 1. …. Error bar terlalu kecil
sehingga tidak tampak dalam gambar
d.
memplot
titik-titik
Sering hasil yang ditentukan dari grafik agak kurang sesuai karena
kesalahan dalam memplot titik-titik data. Jika memplot dengan tangan harus hati-hati
jangan sampai keliru. Titik-titik data harus dicocokkan dengan error bar untuk
menunjukkan bahwa data tersebut ada ralatnya. Jika ralatnya pada satu atau
kedua dimensi terlalu kecil, maka catatan pada grafik perlu dibuat agar pembaca
mengetahui jika ralatnya memang terlalu kecil. Catatan ini dapat ditempatkan di
keterangan gambar. Misalnya error bar terlalu kecil sehingga tidak tampak dalam
gambar.
e.
Titik-titik
pada Slope
Pada perhitungan parameter grafik seperti slope, maka titik-titik pada
garis harus dipilih mana yang merupakan titik data, bahkan jika titik data
tampak menyimpangkan garis terlalu besar maka akan membuat grafik keliru.
f.
Error
bar (batang kesalahan)
Error bar bisa dalam 1 arah atau kedua arah dan mungkin nilainya berbeda
antara arah positif dengan arah negatif. Jangkau nilai yang mungkin untuk suatu
titik data mencakup semua titik yang dibatasi oleh segiempat dengan titik
sudutnya merupakan pertemuan antara kedua error bar. Ukuran error bar diberikan
oleh ralat kedua koordinat. Sesungguhnya titik-titik yang menggambarkan nilai
yang benar berada di dalam elip yang
dibentuk oleh error bar. Hal ini disebabkan karena pengukuran x dan y tidak
memiliki nilai maksimum error pada saat yang sama.

Gambar 3.1
Titik dengan error bar
- Analisis grafik
Biasanya titik data pada grafik digunakan untuk
menentukan parameter kaitan antara kedua besaran. Misalnya jika memplot garis
lurus maka slope dan titik potong pada sumbu y merupakan parameter-parameter
yang menggambarkan kaitan tersebut.
Catatan: slope dan intersep mungkin memiliki satuan. Satuan intersep pada y sama dengan
satuan variabel y dan slope memiliki satuan

- Linearisasi
persamaan
Model matematika yang anda pilih harus memungkinkan untuk diplot di grafik.
Cara termudah untuk menyederhanakannya dalah dengan melinearkan grafik, yaitu
memilih informasi yang akan diplot agar supaya dapat dibuat garis lurus.
Contoh:

dengan K dan l konstanta. Jika grafik log natural z
diplot sebagai fungsi t maka akan diperoleh garis lurus:

parameter K dan l
menjadi lebih mudah diperoleh dari grafik.
Jika kita mensubstitusikan
dan
dan jika slope dan intersep y diukur
masing-masing sebagai m dan b maka diperoleh




- Fitting kurva
Gambarlah kurva sehalus (selunak) mungkin melalui titik-titik data, kecuali
jika memang ada titik-titik diskontinyu yang membuat slope harus berbeda.
Grafik tidak boleh berupa hubungan dari titik ke titik. Jika kurva diplot
dengan komputer maka tariklah garis dengan tangan. Jika set data benar-benar
cocok dengan kurva maka pilihlah pencocokan terbaik
Biasanya setelah titik-titik data diplot di grafik, maka dilihat kemudian
dilanjutkan dengan metode least square (kuadrat terkecil) yang lebih
mudah dan otomatis. Jika diplot dengan bantuan mata maka garis terbaik adalah
yang membagi 2 set data sehingga jumlah titik yang berada di bawah garis sama dengan
jumlah titik yang berada di atas garis. Untuk menentukan intersep, jika

dan

maka untuk sembarang titik pada garis
dan
maka



sehingga

dan akhirnya

6.
Fitting menurut kuadrat terkecil
1. Garis lurus y
= a + bx


a dan b
dicari agar
bernilai maksimum.

Misal didefinisikan
(chi kuadrat dibaca
“kai kuadrat”) sebagai



a. Jika 


Hal ini terjadi jika pada masing-masing
titik tidak dilakukan pengulangan sehingga ralatnya merupakan ralat yang
berasal dari alat ukur yang besarnya selalu tetap.


Syarat
minimum adalah 







Dari pers. (1) dan (2) maka diperoleh:

Misal bagian penyebut pada pers. (3):
D = 

Maka :
a =
(4)

Dengan cara yang sama yaitu dengan menerapkan
maka diperoleh:



Tampak bahwa nilai a dan b tidak ada
ketergantungan terhadap sy.
b.
Jika
dan
keduanya memiliki
ralat yang besarnya
maka
s total untuk xi dan yi adalah :





Lanjutan ...


=
(7)

dimana 

ingat, karena
maka pada pers. (7)
ungapan tersebut dimasukkan sehingga:








Dengan cara yang sama maka diperoleh:


Untuk latihan tentukan rumus untuk
dan
jika persamaan
regresinya
.



b. Jika 

Hal ini dapat terjadi jika pada
masing-masing titik dilakukan pengukuran berulang sehingga memiliki simpangan
baku.






Dari pers. (11) dan (13) maka diperoleh:

Dengan memisalkan
D =
(15)


Maka intersep
a =
(16)




atau untuk untuk memudahkan pemahaman:

Pada pers. (16) turunan a terhadap yj
dimana yj adalah salah
satu nilai dari yi adalah:

Dengan mensubstitusikan pers. (18) ke (17)
dan kemudian memasukkan
ke dalam kurung maka
diperoleh:


= 

Jika tanda
dimasukkan ke dalam kurung kotak maka


sehingga dengan menjalankan i = j =
1... N maka diperoleh:

Dengan menguraikan D2 menjadi DD dan mengganti salah satu D dengan pers. (15) maka DD
ditulis menjadi:

maka persamaan (20) menjadi

yang nilainya dapat didekati dengan:



Slope grafik


Dengan cara yang sama untuk
maka diperoleh:




dengan D =
Untuk gejala yang mengikuti distribusi Poisson
maka

maka:


Misalkan pada kasus pencacahan radiasi dengan
berbagai waktu pencacahan sehingga jumlah cacah radiasi yang terkait dengan ti
adalah Ni, sebagaimana diskripsi pada tabel berikut:
Tabel
i
|
![]() |
![]() |
![]() |
1
|
5 menit
|
1022
|
![]() |
2
|
10 menit
|
11007
|
![]() |
3
|
15 menit
|
134015
|
![]() |
4
|
20 menit
|
210020
|
![]() |
Dari tabel tersebut tampak jelas bahwa
masing-masing data memiliki simpangan baku yang berbeda-beda sehingga penentuan
nilai rata-rata laju pencacahan harus dilakukan dengan regresi linier dengan
simpangan baku baku yang berbeda-beda.
Berikut diberikan contoh masalah yang diselesaikan
dengan regresi linear namun memiliki
Example 6.1.
A student is studying electrical currents and
potential differences. He has been provided with a l-m nickel-silver wire
mounted on a board, a lead-acid battery, and an analog voltmeter. He connects
cells of the battery across the wire and measures the potential difference or
voltage between the negative end and various positions along the wire. From
examination of the meter, he estimates the uncertainty in each potential
measurement to be 0.05 V. The
uncertainty in the position of the probe is less than 1 mm and is considered to
be negligible.
![]() |
Tabel 6.1
Beda
potensial y sebagai fungsi dari posisi sepanjang kawat nikel-silver
berarus
I
|
Posisi
![]() |
Beda potensial
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
1
|
10
|
0.37
|
100
|
3.70
|
0.33
|
0.0013
|
2
|
20
|
0.58
|
400
|
11.60
|
0.60
|
0.0002
|
3
|
30
|
0.83
|
900
|
24.90
|
0.86
|
0.0008
|
4
|
40
|
1.15
|
1,600
|
46.00
|
1.12
|
0.0009
|
5
|
50
|
1.36
|
2,500
|
68.00
|
1.38
|
0.0005
|
6
|
60
|
1.62
|
3,600
|
97.20
|
1.64
|
0.0005
|
7
|
70
|
1.90
|
4,900
|
133.00
|
1.91
|
0.0000
|
8
|
80
|
2.18
|
6,400
|
174.40
|
2.17
|
0.0002
|
9
|
90
|
2.45
|
8,100
|
220.50
|
2.43
|
0.0004
|
S
|
450
|
12
|
28,500
|
779.30
|
12.43
|
0.0049
|

Nilai
dan
diperoleh melalui
persamaan (8) dan (9) hanya nilai
diganti dengan




Selanjutnya nilai
diperoleh dari persamaan
(0) karena sy untuk kasus ini sama yaitu 0,05 volt.



Jika dilihat pada Tabel C4 maka diperoleh
@ 98%.

Untuk fungsi hasil fitting yang baik yaitu
yang mendekati distribusi induk, maka nilai
mendekati 1 dan probabilitas
pada Tabel C4 halaman 258 mendekati 0,5. Untuk fitting yang jelek maka nilai
lebih besar dari 1 dan probabilitas
lebih kecil dari 0,5.




Pada Tabel C4 angka-angka yang berada di dalam
tabel merupakan nilai dari
dengan v
merupakan derajat kebebasan yaitu jumlah data dikurangi dengan jumlah
parameter. Untuk garis lurus
maka ada 2 parameter yaitu a dan b.



Untuk eksperimen yang berbentuk teknik rerata
berbobot:
Example 6.2.
In another experiment, a student is provided with
a radioactive source enclosed in a small 8-mm-diameter plastic disk and a
Geiger counter with a 1-cm-diameter end window. Her object is to investigate
the 1/r law by recording Geiger counter measurements over a fixed period of
time at various distances from the source between 20 and 100 cm. Because the
counting rate is not expected to vary from measurement to measurement, except
for statistical fluctuations, the student can record data long enough to obtain
good statistics over the entIre range of the experiment. She uses an automatic
recording system and records counts for thirty 15-s intervals at each position.
For analysis in this experiment, she sums the counts from the 30 measurements
at each positions. The separate 15-s interval measurements at each position can
be used in other statistical studies.
Data pengukuran adalah
Posisi
xi
|
Cacah
Ci
|
20
|
901
|
25
|
652
|
30
|
443
|
35
|
339
|
40
|
283
|
45
|
281
|
50
|
240
|
60
|
220
|
75
|
180
|
100
|
154
|
Karena data tersebut telah diketahui bersama mengikuti distribusi Poisson
maka masing-masing data memiliki simpangan baku akar dari cacahnya. Selain itu
jumlah cacah radioaktif berbanding lurus terhadap 1/r2.


KEBOLEHJADIAN TERKORELASI
1. Linear 

Bagaimana adanya perubahan pada suhu T menyebabkan
perubahan pada indek bias n? Dalam
kasus ini dikatakan bahwa n terkorelasi secara linier terhadap T. Jika asumsi
ini benar maka

atau


Jika slope dari pers. (26) dan (27) dikalikan maka
diperoleh koefisien korelasi:


contoh: y =
2x + 3. Jika dibalik menjadi x = y/2
– 3/2
![]() |
![]() |
Jika x dan y tidak terkorelasi samasekali maka r = 0.
Contoh
x
|
y
|
1
|
5
|
2
|
7
|
3
|
9
|
4
|
11
|
5
|
13
|
Jika diplot
maka diperoleh grafik


Jika diplot 
maka diperoleh grafik



Tentu saja kedua grafik
tidak bisa digambar bersma karena identitas sumbu-sumbunya berlainan.
Nilai koefisien
determinasi bb’ = r2 = 2,4 x 0,3922 = 0,94
Nilai r ini belum cukup untuk untuk menyimpulkan
ketergantungan y terhadap x, seperti jumlah pengukuran yang terlalu sedikit.
Oleh karena itu diperlukan kriteria tambahan yaitu probabilitas koefisien
korelasi.
Dari suatu sampel data
acak tak terkorelasi dibuat distribusi
probabilitas r nya yaitu Pr(r,v) dengan v adalah derajat
kebebasan.

Probabilitas koefisien korelasi r hasil
pengamatan (eksperimen) lebih besar dari r
untuk sampel acak dengan jumlah data N
dan derajat kebebasan v adalah
integral kebolehjadian

dengan v
= N-2



KEBAGUSAN HASIL PENCOCOKAN
Sebagaimana diungkapkan sebelumnya:










Tidak ada komentar:
Posting Komentar